Memaknai Natal

Pdt. ELION NUMBERI, S.Th., M.Th,  Anggota Komisi VIII DPR RI

Oleh : Pendeta Elion Numberi, S.Th., M.Th

Fondasi dan bangunan teologis perayaan natal adalah :

“Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.'” (Lukas 2:10-11)

Dalam kutipan ayat firman Tuhan di atas dijelaskan bahwa Bayi Natal yang kita rayakan bukanlah manusia biasa. Dia adalah Juru Selamat, yang akan menyelamatkan manusia dari belenggu dosa. Selain itu, Dia juga adalah Tuhan dan Raja, yang menjadi Penguasa tunggal dalam setiap aspek kehidupan umat-Nya.

Memaknai Natal Untuk Indonesia Damai

Perayaan natal dimanapun itu, selalu membawa pesan-pesan universal. Pesan natal untuk Indonesia kali ini adalah memupuk solidaritas, pluralisme dan multikulturalisme untuk menjaga napas kebersatuan dalam bingkai NKRI.

Sebagai bentuk pengorbanan sebagai salah satu hikmah natal, umat hendaknya mengorbankan ego dan mengurangi pesan-pesan kelompok yang ekstrem. Solidaritas adalah kata kuncinya.

Memaknai Natal untuk Papua Damai

Secara teologis,  perayaan natal adalah tradisi yang longgar. Artinya, natal bukan seperangkat ritual dan tradisi yang kaku dan mengikat.

Bagi masyarakat Papua, memaknai natal dapat dirayakan penuh sukacita dan damai dan menggabungkan tradisi adat yang sesuai dengan makna natal yang sesungguhnya yaitu: Pengorbanan, kesederhanaan dan suka cita.

Memaknai Natal untuk kontestasi pilkada damai, memupuk solidaritas dan menumbuhkembangkan demokrasi

Dengan perayaan natal, umat kristiani dapat diajak kembali merenungkan arti natal yang sesungguhnya dan mengimplementasikan arti natal itu dalam konteks pilkada damai.

Mari renungkan kembali makna natal yang sesungguhnya:

Natal adalah pengorbanan  (Yohanes 3:16) karena kasihNya kepada anak yang berdosa , Allah rela mengorbankan anaknya yang tunggal Yesus Kristus sebagai penebus dan pembebas dosa, Natal adalah solidaritas. Natal adalah kesederhanaan. Natal adalah universal

Natal adalah sukacita besar (Lukas 2:13-14) itulah sebabnya para bala tentara di sorga bersukacita menyambut natal. Natal adalah penggenapan (Lukas 1: 69-75) kedatangan yesus dan akhirnya tergenapi pada perayaan natal. Natal adalah kemenangan (Lukas 1:50-54) melalui natal diberikan kemenangan dan keadilan oleh yesus.

Sebagai catatan penutup, melengkapi firman tentang perayaan natal

Natal adalah Kesederhanaan

Walaupun Natal adalah sukacita, tetapi Natal bukanlah kemewahan. Anak Allah yang kudus lahir bukan di ibu kota Israel, Yerusalem, tetapi di kota kecil Betlehem (Lukas 2:4-6). Dia juga tidak lahir di istana, tetapi di kandang domba (Lukas 2:7). Kelahiran-Nya diberitakan bukan kepada raja, nabi, atau orang besar, tetapi kepada para gembala domba yang sederhana (Lukas 2:8-12). Kita patut merayakan Natal secara sederhana karena peristiwa Natal yang pertama adalah sederhana.

Natal adalah Pengorbanan

Karena kasih-Nya kepada manusia yang berdosa, Allah rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, agar manusia terbebas dari dosa. Manusia yang telah jatuh dalam dosa seharusnya akan mati menanggung dosa-dosanya, tetapi Allah yang Pengasih dan Penyayang mengorbankan anak-Nya yang tunggal untuk mati menggantikan kita (Yohanes 3:16). Allah berkorban dalam Natal. Karena itu, kita juga sepatutnya berkorban dalam Natal, seperti para majus yang mengorbankan persembahan-persembahan mereka (Matius 2:11), sebagai “kado Natal” kita kepada-Nya.

 Natal adalah Kemenangan

Melalui kelahiran Tuhan Yesus, kesudahan Iblis dan kejahatan semakin dekat. Manusia akan dibebaskan dari dosa, itulah sebabnya bayi Natal itu diberi nama “Yesus” (Matius 1:21), yang artinya: Allah menyelamatkan. Kemenangan telah tiba bagi manusia. Melalui peristiwa Natal, orang berdosa telah menang, kuasa Iblis telah dihancurkan. Memang, kita masih hidup di dunia yang penuh dosa, kejahatan, dan penderitaan. Kemenangan kita yang sesungguhnya baru terjadi saat kedatangan Tuhan Yesus kedua kali, saat itu tidak ada lagi dosa, kejahatan, dan penderitaan. Namun, melalui peristiwa Natal (kedatangan-Nya yang pertama), kita telah mencapai sebuah tahapan kemenangan.

Natal adalah Penggenapan dan Pembuktian Kasih Allah

Para nabi sebelumnya telah berulang-ulang menubuatkan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini, dan akhirnya tergenapi pada peristiwa Natal tersebut (Matius 1:22-23). Melalui peristiwa Natal, kasih Allah dibuktikan/digenapi bahwa Ia adalah Allah yang memegang janji-Nya dan yang tidak akan pernah berdusta kepada manusia. Melalui peristiwa Natal, kita juga diingatkan untuk tetap percaya pada firman, janji, dan kasih Allah yang tidak pernah berubah bagi kita, umat-Nya.***

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *