Ngopinspirasi bersama Danni Irawan : Ketika Palestina Memanggil


Berita5. Konflik di tanah Palestina seakan tak berujung. Desingan peluru dan bombardir roket Israel sudah menjadi hal yang biasa bagi penduduk Palestina. Memang Palestina jauh dari Indonesia. Tidak kurang 9.000 kilometer jarak penerbangan. Indonesia juga tidak sepi dari masalah. Haruskah kita peduli?

Adalah sosok Danni Irawan, salahseorang yang selalu merasa terpanggil mengulurkan bantuan kemanusiaan ke Palestina. Melalui Tim Peduli Palestina, Aqsa Discovery, Danni yang mantan karyawan BUMN energi ini bersama kawan-kawannya secara aktif bergerak mengumpulkan donasi dari sejumlah pihak dan instansi di tanah air untuk rakyat Palestina.

“Saya bisa merasakan betapa putus asanya rakyat Palestina yang hidup tanpa kemerdekaan. Semua aktivitas dan akses mereka dibatasi oleh Israel,” ujar Danni di Jakarta (21/3/2019) yang sejak lima tahun lalu bolak-balik ke Palestina membawa bantuan dana kemanusiaan.

Sejak tahun 1917, bangsa Palestina telah berkali-kali berusaha disingkirkan dari wilayahnya. Peristiwa perang 6 hari pada tahun 1967 mengubah peta Palestina menjadi 2 bagian, Tepi Barat di utara dan Gaza di sisi selatan. Luas wilayah Palestina terus menyempit, sedikit demi sedikit di gerogoti oleh zionis Israel, sekarang luas wilayah Palestina hanya tersisa 5% saja.

Pada 30 Maret 2018, merupakan awal dari protes warga Palestina dalam Great Return of March. Dalam aksi heroik ini, sekitar 194 warga Palestina meninggal, dan 9.970 lainnya terluka. Diantara korban tersebut, ada sebanyak 919 anak-anak, dan 113 korban adalah perempuan.

Di awal tahun 2019 ini, krisis bahan bakar melanda seluruh wilayah Palestina. Rumah Sakit di seantero Jalur Gaza tidak memiliki pasokan listrik yang cukup untuk menyalakan generator. Ratusan pasien terlantar, bahkan hingga ada yang akhirnya meregang nyawa. Dan diperparah dengan pengakuan pemerintah AS dan beberapa negara Eropa bahwa Yerusalem ibukota Israel.

Masalah yang dihadapi rakyat Palestina, kata Danni, adalah soal kesejahteraan hidup. Jika banyak wisatawan dari Indonesia berkunjung ke Palestina akan membantu meningkatkan taraf hidup warga Palestina terutama di Yerusalem dan sekitarnya. “Jadi caranya sekitar Al Aqsa kita bantu secara ekonomi dengan berkunjung ke sana jadi wisatawan religi,” jelasnya.

Menyinggung soal donasi yang kerap disumbangkan rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina, ia tidak mempersoalkannya.

Namun yang jadi masalah apakah donasi itu langsung bisa dinikmati rakyat Palestina? Karena kabarnya struktur keuangan dan perbankan di Palestina umumnya dibawah pengaruh Israel.

“Kalau berkunjung jadi wisatawan maka perdagangan mereka akan tumbuh. Tak perlu lagi mereka berharap donasi. Wisatawan juga bisa menikmati wisata religi, kerajinan tangan, makanan khas serta oleh-oleh khas dari Palestina yang harganya murah.

Wisatawan bisa mengunjungi makam-makam para Nabi. Uang yang dibawa wisatawan bisa berdampak langsung bagi masyarakat. Ekonomi dan perdagangan mereka pun otomatis bergairah,” ujarnya.

Dia mengatakan Israel akan segan dengan Palestina jika banyak wisatawan asal Indonesia berdatangan ke negara itu. “Kalau mau bantu kuatkan anak-anak Palestina bukan sekadar berdoa dari jauh. Berikan perhatian mereka dan gerakkan perekonomian mereka,” cerita Danni yang punya dua anak angkat di Palestina. (RM)*



Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *