Profesor Nurliah Nurdin

Saya mengenal Profesor Nurliah Nurdin yang disapa Nurliah dari seringnya alumni Unhas angkatan 90-an menyebut namanya. Mungkin karena tidak banyak perempuan alumni Unhas yang memiliki reputasi, prestasi cemerlang dan kerja keras hingga meraih Profesor Ilmu Politik di Usia 45 Tahun. Ditetapkan menjadi Guru Besar Tahun 2017 oleh Menristekdikti. Upacara pengukuhan 2 tahun kemudian. Mengasuh dua putra, meneliti, mengajar dan berorganisasi.
Tulisan ini dibuat untuk mengingat pengukuhan Nurliah menjadi Profesor Ilmu Politik di IPDN (dulu, STPDN), senin lalu, 26 Januari 2019 di Kampus IPDN Ampera Raya Jakarta Selatan. Upacara pengukuhan seperti ini selalu luput dari media.
Sebenarnya saya tidak begitu dekat dengan Nurliah, tapi saya perlu menulis beberapa catatan karena semangatnya menimba ilmu dari pare-pare sampai di Illinois Univeristy USA. Tak banyak perempuan Profesor yang dicetak Unhas. Ia adalah salah satunya. Saat ini, profesor yang ada dan aktif baru sebanyak 5.489 orang tersebar di 4.000 lebih kampus di seluruh Indonesia Dari Jumlah itu, perempuan tentu lebih sedikit.
20 tahun perjalanan karirnya sebagai dosen, sejak menjadi PNS tahun 1997 di STPDN, Nurliah kini memliki jabatan fungsional akademik guru besar / Profesor di kampus kepamongprajaan. Tak banyak yang saya ketahui sisi kehidupannya. Namun dari biodata, terlihat perempuan ini sangat hebat. Punya relasi sosial yang sangat luas, pernah Kuliah di Kampus Anies Baswedan dan Alfian Mallarangeng, Illinois University di Amerika Serikat. Mengajar di berbagai kampus di luar negeri.
Saya datang di acara pengukuhan Profesor Nurliah (sebenarnya tak diundang). Saya menawarkan diri untuk datang. Banyak tokoh politik, terutama akademisi. Yang terkenal adalah Profesor Ryas Rasyid , guru Nurliah. Informasi pengukuhan saya dapat dari Kakak Angkatannya di Illinois , Nutrida Mandacan, Ph.D. Satu minggu sebelumnya, saya berkunjung ke kantor Staf Khusus Presiden, kantor Kak Ida (sapaan Nutrida, Ph.D.), untuk membahas pencalegan Kang Suaib, teman alumni Unhas dan sahabat sejak di Jakarta. Kang Suaib caleg di dapil Jabar VII (Kab Karawang, Bekasi dan Purwakarta) untuk DPR RI. Di kantor Staf Khusus Presiden juga dibahas rencana kegiatan Konfrensi Asia Pacific tentang Papua pascaotsus.
Karena Nurliah pernah terlibat dalam penelitian bersama Kak Ida dan saya di MPR RI tahun 2015, maka saya tertarik ikut menyaksikan momen pengukuhan Profesor Nurliah. Mungkin ini kali pertama saya hadir di acara seperti ini. Presentasinya bagus. Orasi ilmiah tentang Paradoks demokrasi. Saya tidak begitu mendalami orasi. Mungkin karena beda disiplin ilmu.
Selain itu, bersama Kang Suaib, sebenarnya ada maksud lain untuk datang. Mau mengajak Prof. Nurliah berpartisipasi aktif di Konferensi Asia Pacific tentang Papua itu. Tapi momen tidak tepat. Selesai acara banyak tamu yang ingin berfoto dengan Profesor Nurliah. Lain kali saja, tutur Kang Suaib.
Semoga catatan ini, menjadi artefak sejarah bagi pengukuhan Profesor Nurliah Nurdin di Tahun 2019. Memberi inspirasi kepada banyak orang, terutama bagi perempuan. Saya menunggu karya bakti selanjutnya Prof. Nurliah. Seperti di teks penutup orasinya, sang Profesor menulis “kita perlu lebih memaknai hidup di dunia yang fana ini”. Selamat berkarya terus Profesor Nurliah Nurdin. Gaudeamus Igitur. Berbahagialah mencapai puncak tertinggi jabatan akademik di Kampus sebagai Guru Besar. *** Andi M Sadli.